Warna-warni aneka bunga segar bermekaran. Beberapa kumbang mengepakkan sayap terbang mendekati kelopak bunga, pun serangga lain yang tak bersayap.
Suasana ini bukan di kebun bunga atau taman bungan melainkan sebuah kebun tanaman obat. Semarak aneka rupa bunga itu turut mempercantik suasana siang hari itu di kebun Bumi Herbal Dago (BHD) (Sabtu, 22/9/2018).
Bumi Herbal Dago (BHD) berada di Jalan Bukit Pakar Utara, Kampung Negla, Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Patokannya dari wilayah Kota Bandung ke utara atau ke arah Tebing Keraton Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ir.H. Djuanda.
Lokasi Bumi Herbal Dago (BHD), untuk menjadi patokan, berada setelah kawasan Tahura Djuanda (pintu masuk utama) sebelum lokasi wisata alam Tebing Keraton, tepat di pertigaan jalan menuju Jalan Sekejolang, Jalan Ciharegem, dan Jalan Pasanggrahan.
Bumi Herbal Dago (BHD) dibuka untuk umum sejak 2007. Koleksi tanaman herbal di Bumi Herbal Dago (BHD) sudah mencapai sekitar 500-an tanaman. Semuanya memiliki khasiat obat atau herbal.
Pada setiap tanaman koleksi dilengkapi papan kecil (sebagai identitas tanaman) yang ditancapkan di tanah. Papan kecil tersebut memuat informasi mengenai jenis tanaman, lengkap dengan nama ilmiahnya, manfaat, dan bagian tanaman yang menjadi herbal seperti daun, batang, atau akar.
Beberapa jenis tanaman lazim terlihat di pekarangan rumah, bahkan sebagai tanaman liar yang tumbuh di sisi jalan atau di antara semak. Koleksi tanaman di Bumi Herbal Dago (BHD) berasal dari penjuru Tanah Air. Diantaranya seperti Yokon, Mondokaki, Jawer Kotok, Tapak Dara, Gandarusa, atau Kaca Piring.
Selain ditempatkan di kebun terbuka, sebagian tanaman harus ditempatkan di dalam ruangan tertutup atau green house. Di sela kebun ada pula bangunan untuk gudang dan tempat pengeringan tanaman herbal. Bangunan lain berupa fasilitas seperti toilet dan musala kecil.
Kepala Kebun Bumi Herbal Dago (BHD), Irfan Maulana mengatakan, Bumi Herbal Dago (BHD) buka dari Senin hingga Sabtu tiap pekan. Waktu kunjungan dari pukul 08.00 – 16.00 WIB.
“Kalau hari Minggu libur, bukanya di Kedai Herbal,” kata Irfan.
Kedai itu tak jauh dari kebun. Menunya menawarkan kuliner serba sehat dengan campuran tanaman herbal dari kebun sendiri tentunya.
Dari lahan seluas total tujuh hektare, separuhnya dipakai menjadi kebun tanaman herbal dan fasilitas pendukungnya. Berada di lereng tebing, kontur tanah kebunnya dibuat memanjang bertingkat-tingkat. Pengunjung bisa menyusuri kebun untuk mengenal beragam tanaman herbal sambil turun naik undakan.
Daya tarik tanaman bagi pengunjung salah satunya koleksi dari luar negeri dan tergolong jarang yaitu pohon zaitun.
“Kalau favorit herbal itu Jati Belanda untuk pelangsing dan kolesterol, Rosella sebagai anti oksidan dan hipertensi,” terang Irfan.
Herbal yang sudah dikeringkan dan dikemas sedemikian rupa sudah tersedia di toko dan bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Di seberang kebun, terhampar pemandangan berupa perbukitan yang memanjakan mata. Lerengnya ditanami sayur oleh petani setempat.
Pandangan lebih jauh, tampak sepotong wajah Kota Bandung bagian selatan. Indahnya panorama alam tersebut enaknya dinikmati sambil rehat setelah berkeliling kebun.
Pilihan terbaik untuk duduk-duduk santai ditemani semilir angin itu di Pendopo Niramaya. Segelas es teh Rosella bakal menyegarkan kembali aktivitas wisata sehat di Bumi Herbal Dago (BHD).
Menurut Irfan, pengelola menawarkan kegiatan wisata edu herbal, edukasi rombongan anak sekolah dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai mahasiswa. Selain pemandu, untuk rombongan minimal 20 orang, pengunjung akan disuguhi paparan pengetahuan mengenai tanaman herbal.
Kegiatan seru lainnya, yaitu panen bunga seperti Rosella hingga pasca panen seperti mencuci bahan sampai pengeringan di oven. Tahap akhirnya ditutup dengan pengemasan herbal.
Di sini juga ada demo memasak atau membuat minuman racikan herbal seperti Kunyit Asem. Pengelola telah menyiapkan peralatan memasak lengkap di pendopo. Khusus untuk pengunjung anak-anak, pengelola menyiapkan kebun khusus di seberang jalan.
Pengunjung yang datang biasanya berdua atau kelompok kecil tiga sampai lima orang, hingga rombongan. Selain rombongan, pengunjung bisa datang langsung ke lokasi untuk menjelajah.
Namun jika kelompok besar satu bus misalnya, mereka diminta mendaftar dulu.
“Kalau rombongan reservasi seminggu sebelumnya,” ujar Irfan.
Maksimal pengunjung dibatasi 100 orang agar kenyamanan tetap terjaga.
Harga tiket masuk Rp15 ribu per orang. Ada pula harga paket Rp40 ribu per orang dengan sajian makan siang dan presentasi herbal. Sementara paket Rp90 ribu per orang, tambahan lainnya yaitu bingkisan berisi tanaman herbal.
Selain kalangan umum, pelajar dan mahasiswa farmasi datang untuk belajar dan mengenali tanaman herbal. Secara berkala datang pula rombongan perusahaan, atau kelompok peserta senam dan yoga yang umumnya kalangan ibu-ibu. Menurut Irfan, pengunjung dibebaskan merancang acara sendiri, pun membawa makanan atau minuman sendiri.
Sebelum pulang dari Bumi Herbal Dago (BHD), pengunjung bisa singgah ke Kedai Bumi Herbal Dago untuk mengisi perut lagi atau sekedar icip-icip kuliner racikan herbal. Dengan harga pilihan antara Rp10-25 ribu, ada beberapa menu favorit pengunjung.
“Menu yang paling favorit seperti lotek herbal, nasi timbel komplit, cincau organik, dan lain-lain,” kata Irfan.
Bumi Herbal Dago (BHD) didirikan oleh Santhi H. Serad bersama Ilham BJ Habibie. Dirintis sejak 2005, kata Santhi tempat itu diniatkan sebagai kebun khusus herbal yang koleksi tanamannya berasal dari penjuru Tanah Air.
Santhi yang juga penggagas gerakan dan komunitas Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI) bersama pakar kuliner William W Wongso, memadukan racikan herbal pada kuliner kreasinya. [bt/AS]***