Deklarasi Bandung yang dihasilkan dari Tunza International Children and Youth Conference 2011 mendesak agar pembangunan di belahan bumi harus berwawasan lingkungan dan ramah lingkungan.
Hal ini dilatarbelakangi keadaan bumi yang sudah sangat mengkhawatirkan dan meminta perubahan ke arah lebih baik. Hal itu merupakan gagasan yang dituangkan dalam “Bandung Declaration” yang dibacakan di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu (1/10) sebagai pernyataan sikap generasi muda terhadap kelestarian lingkungan.
Para peserta yang rata-rata berusia remaja itu menyuarakan dan berharap kepada para pemimpin di seluruh dunia agar membuat kebijakan Green Economy demi kelangsungan hidup manusia.
Deklarasi sikap kepedulian lingkungan itu merupakan hasil kesepakatan dari para peserta konferensi selama mereka mengikuti perhelatan internasional tentang lingkungan hidup di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Instritut Teknologi Bandung (ITB), yang dimulai sejak Selasa hingga Jumat, (27-30/9).
Setelah melalui perdebatan panjang selama mengikuti konferensi, para delegasi dari berbagai negara itu memutuskan lima poin rekomendasi yang akan disampaikan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi yang akan digelar di Brazil, tepatnya di Rio de Janeiro yang dikenal Rio+20 pada tahun depan. Deklarasi itu dibacakan oleh Gracia Paramitha (Indonesia) dan Jamali (Bermuda).
Kelima rekomendasi tersebut yakni, pertama, melobi pemerintah masing-masing untuk menjadikan KTT Bumi Rio +20 sebagai prioritas utama. Kedua, menerapkan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan mengurangi sampah lingkungan. Ketiga, mendidik masyarakat di masing-masing negara serta meningkatkan kesadaran mereka akan produksi dan konsumsi berkelanjutan. Keempat, mendukung usaha para ilmuwan dan wirausahawan muda yang ditujukan untuk mencari pemecahan-pemecahan baru menuju ekonomi berwawasan lingkungan. Dan kelima, memberi sumbangsih terhadap pembahasan-pembahasan di tingkat nasional, regional, dan global tentang pembangunan berkelanjutan.
Dalam kegiatan penutupan Tunza International Children and Youth Conference 2011, dihadiri Menteri Lingkungan Hidup RI, Gusti M. Hatta, Perwakilan United Nation Environment Programme (UNEP) Theodore Oben, Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, Kepala BPLHD Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja, dan beberapa pejabat lainnya.
Menteri Lingkungan Hidup RI, Gusti M. Hatta menjelaskan, dari rekomendasi tersebut pihaknyan menilai, penerapan konsep green economy (ekonomi ramah lingkungan) dan suistanable lifestyle (pola hidup ramah lingkungan) sudah tepat diterapkan di berbagai negara di belahan dunia. Hal itu guna meminimalisir bencana global yang saat ini dialami, seperti efek rumah kaca, pemasanan global, dan perubahan iklim.
“Mereka (para delegasi konferensi, red) menginginkan pemerintah di negaranya masing-masing untuk menerapkan konsep green economy dan suistanable lifestyle. Ini salah satu gagasan yang wajar mereka sampaikan mengingat saat ini kita mengalami pemanasan global, perubahan iklim, dan efek rumah kaca. Saya kira sudah sewajarnya para pemimpin di berbagai negara merespon gagasan mereka,” ungkap Gusti.
Diakui Gusti, sebenarnya Pemerintah Indonesia sudah menerapkan konsep green economy. Namun, saat ini masih banyak negara berkembang lainnya yang berkeberatan dengan diterapkannya green economy. Pasalnya, penerapan green economy membutuhkan teknologi tinggi dan harus ada pengurangan penggunaan energi sumber daya alam (SDA). Padahal, dengan menerapkan green economy, jumlah energi dapat diefisiensikan mencapai 30 persen.
“Kemarin kita meluncurkan sebuah program bangunan ramah lingkungan milik Kementerian Pekerjaan Umum. Ternyata energi yang dipakainya bisa efisien mencapai 30 persen lebih,” tuturnya. Pada intinya, green economy dan green job sangat relevan diterapkan untuk kondisi mendatang akan lebih baik, tambahnya.
Oleh karena itulah, dikatakan Gusti, mulai dari sekarang, Indonesia sudah menyatakan kebulatan tekad untuk kurangi deforestasi dan melarang adanya penebangan pohon di kawasan hutan primer. Hal itu sebagai komitmen pemerintah dalam melaksanakan konsep green economy dan green job.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf dalam sambutannya mengatakan, pihaknya menyambut baik dideklarasikannya hutan kota dunia Babakan Siliwangi, yang merupakan hutan kota dunia pertama di Indonesia yang didaftarkan di UNEP. Pihaknya pun mendukung secara moril Deklarasi Bandung yang merupakan salah satu bentuk ketegasan pernyataan sikap generasi muda dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.
“Semoga Deklarasi Bandung sebagai hasil gagasan generasi muda dalam hal lingkungan hidup yang dibacakan di gedung bersejarah ini, mempunyai semangat yang sama pada saat pergelaran Konferensi Asia-Afrika setengah abad yang lalu dibacakan, bahkan lebih,” tutur Dede. Bahkan, diharapkan pula, para pemimpin dunia yang akan menggelar Konferensi Bumi pada tahun depan, mampu memperhitungkan gagasan dari para generasi muda ini, tambah dia.
Sementara itu, Gonzales Sebastian Huertas (23) salah satu peserta konferensi asal Argentina mengatakan, pihaknya akan mendesak pemerintah untuk segera merespon gagasan-gagasan yang dihasilkan dalam Konferensi Tunza Internasional ini. Pasalnya, aspek lingkungan adalah yang paling utama.
Demikian pula diungkapkan Maria Kassabian (13) dari Lebanon yang mengharapkan pemerintah harus segera merespom dan menerapkan konsep green economy dan green job. “Pemerintah harus segera merespon ini. Ini adalah kesimpulan gagasan yang kami tuangkan selama kami mengikuti konferensi. Ini demi masa depan kita semua,” ujarnya.
Daniel Isfer Zardo, (24) dari Curitiba, Brazil yang merupakan negara tuan rumah untuk Konferensi Rio+2 mendatang menyatakan bahwa masalah penciptaan lapangan kerja berwawasan lingkungan harus menjadi agenda utama dalam perdebatan-perdebatan mengenai pembangunan berkelanjutan.
Sedangkan Wakil Sekjen PBB dan Direktur Eksekutif UNEP, Achiem Steiner, yang menghadiri pertemuan dan perdebatan selama konferensi ini menyatakan kebanggaannya akan peran aktif para delegasi dalam setiap kegiatan terutama ketika diskusi. “Selama seminggu berlangsungnya konferensi, suara 1.200 pemuda telah didengungkan dengan penuh semangat dan lancar di Bandung. Visi yang positif, energi yang luar biasa serta pemecahan solusi yang kreatif oleh para pemuda menjadi bagian dari dialog sebagai jalan menuju konferensi Rio +20 tahun depan,” ungkap Achiem.
Pemikiran dan upaya-upaya para pemuda yang mewakili setengah populasi dunia tersebut ditegaskannya tidak boleh diabaikan begitu saja. “Banyak pemuda yang merasa tidak berdaya dan frustasi terhadap kondisi yang terjadi saat ini. Para pemimpin dunia harus lebih mendengarkan mereka dan memastikan bahwa keinginan mereka untuk terlibat dapat memperoleh dukungan. Para pemuda tidak hanya memiliki idealisme, solusi dan semangat, tetapi juga terbebas dari permainan politik dan kepentingan-kepentingan tertentu yang dapat melencengkan arah menuju masa depan yang lebih baik,” ucapnya.
Untuk itu, dengan berkumpulnya para pemuda di Bandung merupakan jawaban nyata dari kondisi dunia yang terus menghadapi masalah pengangguran, kemiskinan dan kerusakan lingkungan secara massal demi mengejar keuntungan ekonomi. (PRLM)***
Sumber: Pikiran Rakyat