Dalam berita terbaru, Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto, diperkirakan sudah siap untuk mengundurkan diri dari jabatannya di Partai Golkar secara legowo dan menerima segala keputusan partai jika akhirnya partai Golkar menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Hal ini dituturkan oleh Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golongan Karya, Mahyudin.
Mahyudin mengemukakan pernyataan tersebut saat ditemui di Gedung DPR RI Jakarta, pada hari senin tanggal 4 Desember yang lalu. Tidak hanya menyebut jika Setya Novanto sudah legowo mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar, Mahyudin juga menuturkan jika Setya Novanto bisa menerima mekanisme Munaslub sesuai dengan peraturan yang berlaku sekarang ini. Setidaknya menurut dia, DPD 1 Partai Golkar telah mengusulkan untuk menyelenggarakan Munaslub.
Syarat Munaslub
Sesuai dengan adat partai dengan simbol Pohon Beringin ini, Munaslub bisa diselenggarakan apabila telah mendapat persetujuan atau permintaan sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah anggota DPD 1. Mahyudin berpendapat jika DPP Partai Golkar perlu segera membuat jadwal rapat pleno untuk merespon usulan penyelenggaraan Munaslub tersebut.
Dengan membuat jadwal penyelenggaraan rapat pleno ini sesegera mungkin, berarti DPP Golkar masih menghargai Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar meski sekarang sedang terjerat kasus korupsi e-KTP. Setya Novanto sendiri saat ini sedang mendekam di tahanan KPK, dan berusaha mengajukan gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta terkait dengan kasus yang membuatnya menyandang status tersangka.
Mahyudin juga mengungkapkan jika saat ini sebanyak 31 DPD 1 mendukung Airlangga Hartarto untuk maju menggantikan Setya Novanto. Kenyataan ini mendudukkan Airlangga sebagai calon terkuat untuk menjadi Ketua Umum partai Golkar. Airlangga, yang menjabat sebagai menteri Perindustrian, selama ini dikenal sebagai figur yang belum pernah terjerat masalah. Hal ini merupakan aspek penting dalam pertimbangan DPD, mengingat partai Golkar butuh sosok yang bersih untuk menghadapi Pemilu 2019. Meski menyatakan jika tidak ada kriteria tertentu dalam memilih pemimpin partai Golkar, namun Mahyudin menyebutkan bahwa prestasi, loyalitas, sosok yang bersih, serta dedikasi adalah aspek penting yang perlu dipertimbangkan. ***