Hj.Kurnia Dadang M.Naser selaku Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Kabupaten Bandung terlihat begitu antusias mengikuti berbagai jenis kaulinan urang lembur atau permainan tradisional rakyat. Itulah suasana yang terlihat di area Pakarakangan Ulin Komunitas Hong, suatu wadah Kaulinan Barudak Lembur yang berlokasi di Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jum’at (28 September 2012). Kurnia tampak asyik mengikuti berbagai permainan tradisional, mulai dari sorodot gaplok, papancakan, kemudian gangsing, sarung balong, sasalimpetan, serta bedil jepret. Tidak hanya itu, Kurnia pun sempat menikmati kebersamaan dengan anak-anak Komunitas Hong saat melakukan kaulinan barudak oray-orayan. “Di rumah pun saya dan anak-anak sering melakukan permainan ini atau bermain paciwit-ciwit lutung. Permainan tradisional ini sengaja saya lakukan bersama anak-anak, agar mereka bisa mengenal dan mengingat terus hingga dewasa nanti,” papar Kurnia. Dalam pandangan Kurnia, kaulinan barudak ini, kaya akan unsur kerjasama, imajinasi, dan pertemanan yang berpotensi bisa membentuk kepedulian dan kepekaan sosial, serta kecerdasan bagi sang anak menjelang usia dewasa. “Permainan tradisional ini bisa menjadi potensi bagi pengembangan wisata budaya khususnya di Kabupaten Bandung dan wajib didukung oleh FORMI serta pemerintah daerah,” tegasnya. Untuk itu, Kurnia memberikan apresiasi yang cukup tinggi pada sosok enterpreneur muda Muhamad Zaini Alif. Lulusan sarjana seni ITB ini, dianggap Kurnia telah berhasil membentuk suatu wadah kaulinan barudak hingga bisa membantu memberdayakan masyarakat sekitarnya terutama anak-anak. “Kami anggap Zaini adalah sosok motivator dan social enterpreneur muda yang patut ditiru, dan saya berharap Komunitas Hong ini bisa menjadi wadah kaulinan barudak yang mendunia,” harapnya pula. Komunitas Hong menurut Zaini Alif didirikan pada tahun 2005 yang dibangun atas prakarsa dan kesadaran masyarakat sendiri agar bisa membangun dirinya, kampungnya serta prospektif masa depannya. Nama Hong diambil dari suatu permainan ucing sumput, yang berarti ‘Kapanggih’, dan jika digambarkan dari nuansa keagamaan Hong ini merupakan ‘Kapanggih’ atau bertemu dengan Alloh SWT. “Bahwa setiap manusia pada hakikatnya akan […]