Aliran air Sungai Citarum yang menjadi sumber pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling hingga saat ini kualitasnya semakin menurun. Bahkan, kandungan gas ammonium dari air sungai yang tercemar itu telah berdampak pada kerusakan komponen dan peralatan pengoperasian PLTA Saguling. “Ini satu problematika berat yang dialami Saguling. Efeknya ada dan gas ini dapat menyebabkan korosi. Logam yang dicelup air tercemar tersebut akan mempengaruhi usia dari peralatan,” ungkap Direktur Produksi PT Indonesia Power Mustiko Bawono, seusai acara Ulang Tahun ke-16 PT Indonesia Power, di PLTA Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Senin (3/10). Adapun dengan mengaplikasi desain koefisien keamanan logam yang cukup tinggi sejak awal, ia menambahkan, dampak yang ditimbulkan belum mencapai kondisi yang mengkhawatirkan. Akan tetapi, kerusakan itu sedikitnya akan berpengaruh pada percepatan berkurangnya usia peralatan operasional PLTA yang mulai dibangun sejak 1986 itu. Pencemaran air sungai yang dihasilkan dari industri ataupun permukiman yang ada di Bandung Raya itu terindikasi dengan bau gas yang menyengat di kawasan PLTA Saguling. Meski begitu, pihaknya mengaku sudah berusaha berkoordinasi dengan pemda terkait dan masyarakat sekitar untuk sadar menjaga kuaitas air Sungai Citarum. Sementara itu, pada musim kemarau ini kondisi debit air Waduk Saguling juga semakin berkurang. Ketinggian air waduk saat ini mencapai 631 meter di atas permukaan laut (mdpl). “Ketinggian saat ini berada di antara ketinggian normal waduk, sekitar 643 meter di atas muka air laut, dan ketinggian minimal 623 meter,” ujarnya. Hal itu berdampak pula pada penurunan debit air. Pada kondisi normal, debit air Waduk Saguling yang mampu tersedia sebanyak 126 meter kubik per detik, saat ini hanya tersedia kurang dari 30 meter kubik per detik. “Pengertian kritis itu kalau permukaan air di bawah minimum water level yang diijinkan untuk beroperasi. Tetapi saat ini kami masih bisa mengoperasikan dengan melakukan pola operasi untuk mendukung beban puncak saja. Sementara ini kami masih bisa menjaga pasokan […]
Ketegori: Lintas Desa
Campak dan Polio hingga kini masih dianggap sebagai penyakit berbahaya yang kerap menyerang anak-anak balita. Untuk mengantisipasi penyakit tersebut, Pemerintah Kaupaten Bandung menargetkan 575.592 balita akan menjadi sasaran imunisasi campak dan polio yang akan berlangsung mulai 18 Oktober s.d. 18 Nopember 2011 di 31 Kecamatan dengan melibatkan 4.000 Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Data tersebut terungkap pada pertemuan Persiapan Crash Program Campak dan Polio Tingkat Kabupaten Bandung yang dibuka oleh Wakil Bupati Bandung, H. Deden Rukman Rumaji, S.Sos di Bale Sawala, Kamis (29/09). Pertemuan dihadiri sekitar 125 peserta terdiri dari pengurus PKK Kecamatan, para camat serta UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas), Yankes (Pelayanan Kesehatan). Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bandung dr. Achmad Kustijadi, M.Epid menyebutkan, jumlah sasaran imunisasi campak sebanyak 264.304 balita, sementara untuk polio ditargetkan 311.288 balita. Ia merasa yakin, target tersebut bisa tercapai mengingat persiapan untuk kegiatan imunisasi massal ini sudah dilakukan maksimal. Untuk itu, ia meminta kepada seluruh masyarakat untuk ikut mendukung pelaksanaan imunisasi.“ Kami mohon kesadaran dari masyarakat atau keluarga yang memiliki balita untuk membawa anak-anak balitanya ke posyandu terdekat untuk diimunisasi, demi kesehatan anak-anak itu sendiri…” kata Achmad Kustijadi. Anak-anak balita yang menjadi sasaran kata Ahmad Kustijadi,khusus untuk campak yaitu balita usia 9 s.d. 59 bulan, sedangkan usia sasaran polio 0-59 bulan. Semuanya tanpa memandang status imunisasinya, karena menurutnya, tujuan imunisasi campak dan polio kali ini diantaranya untuk menghilangkan kelompok rawan campak di daerah resiko tinggi, disamping untuk memastikan cakupan imunisasi polio tambahan yang tinggi. “ Jadi walaupun telah mendapatkan imunisasi lengkap, semua bayi dan balita harus mendapat imunisasi tambahan campak dan polio tersebut..”, katanya. Ditegaskan pula, walaupun bayi-bayi tersebut sedang batuk pilek ringan, mencret sedikit tapi tidak rewel, bayi dan balita tersebut bias diberikan imunisasi campak dan polio. Setelah di imunisasi kata Achmad Kustijadi, bayi tersebut terkadang mengalami demam, bintik-bintik merah, mencret sedikit. Gejala itu menurutnya […]
Dari 26 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat, 23 diantaranya telah menciptakan motif batik khas daerahnya masing-masing. Namun ada 3 kabupaten dan kota yang hingga saat ini belum punya batik khas sendiri, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Dituturkan Ketua Yayasan Batik Jawa Barat Shendy Yusuf, ketiga kabupaten dan kota tersebut sebetulnya telah memiliki motif khas, namun mereka memproduksinya dengan printing sehingga dinilai bukan batik. “Yang disebut batik itu adalah teknik pewarnaan dimana pelintang warnanya adalah lilin atau malam. Dari 26 kabupaten dan kota di Jabar sudah 23 yang sudah mempunyai batik khasnya. Tiga sisanya sebenarnya sudah ada motif khasnya, tapi produksinya printing jadi tidak bisa disebut batik,” ujar Shendy dalam acara Kampanye Cinta Batik di area CFD Dago, Minggu (2/10/2011). Shendy mengungkap, pada tahun 2008 lalu, baru ada 10 kabupaten dan kota yang sudah memiliki batik khasnya. Namun kini hanya tinggal 3 lagi yang belum memproduksinya. Shendy menuturkan, perkembangan batik di Jabar sangat berkembang pesat. “Sekarang pengrajin batik di Jabar ada sekitar 6.000 serta ada ratusan pengusaha yang terus melakukan regenerasi untuk tetap mempertahankan batik,” katanya.*** Sumber : Detik Bandung
Irman Meilandi (38) yang beralamat di Kampung Cinunjang, Desa Mandalamekar, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, mendapat penghargaan international dibidang pelestarian alam (Konservasi alam) dari Yayasan Seacology yang berkantor pusat di California, USA. Seacology ini beranggotakan 46 negara. Seacology setiap tahunnya selalu memberikan penghargaan khusus kepada orang yang berkontribusi dalam pelestarian alam (konservasi alam). Piagam penghargaan dari Seacology ini disebut Seacology Prize. Seacology Prize 2011 akan diserahkan langsung kepada Irman di kantor Pusat Seacology, California, USA, pada Rabu yang akan datang, 06/10/2011. Selain menerima penghargaan, ia juga akan menjadi pembicara utama dalam acara di Seacology tersebut. Tidak mudah untuk mendapatkan penghargaan international di Seacology, karena untuk mendapatkannya harus bersaing dengan ajuan dari 46 negara lainnya, “Saya penasaran dengan Irman, ia bisa mendapatkan penghargaan dari Seacology, padahal dari semua anggota Seacology mengajukan orang yang pantas mendapatkan penghargaan (Man of the Word),” ujar Kris, warga negara Australia, saat pembuatan film dokumenter konservasi alam di Desa Mandalamekar bulan Agustus 2011. Irman sendiri sudah lama berkiprah di konservasi alam, ia telah menghabiskan waktunya di belahan timur Indonesia. Sulawesi dan Papua adalah dua pulau yang paling lama ia tinggali untuk menggeluti propesinya dalam konserservasi alam. Disela-sela liburnya ia selalu menyempatkan diri untuk membantu memotivasi dan penguatan kelembagaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mitra Alam Munggaran yang berkiprah dalam Konservasi alam dan penghijauan di Desa Mandalamekar. Merupakan gagasannya 5 tahun yang lalu untuk memulai penghijauan di puncak Pasir Bentang, Desa Mandalamekar, dimana disekitar 15 hektar lahan yang tadinya alang-alang kini telah berubah menjadi hutan, sedangkan kawasan puncak Pasir Bentang tidak termasuk lahan milik Pemerintah Desa Mandalamekar. Irman telah menetapkan pilihan hidupnya menjadi petani di kampung halamannya semenjak satu setengah tahun yang lalu, supaya punya waktu lebih lama untuk berinteraksi dengan masyarakat dan alam Desa Mandalamekar, namun ia juga tak bisa melepaskan kecintaannya terhadap Radio Komunitas, dimana jabatan ketua Dewan […]
Perempuan ini adalah kader PKK terbaik se-Indonesia tahun 2011. Ya, Prapti Suparmi, 67, pada 31 Mei lalu meraih penghargaan Adhi Bhakti Utama, penghargaan prestisius yang diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam rangka Hari Kesatuan Gerak PKK ke-39 di Pontianak. Ditemui di kediamannya, Selasa (14/6/2011), Eyang Prapti tampak sederhana. Pembawaannya yang keibuan terpancar dari tutur katanya yang lembut tapi pasti. “Saya tak menyangka bisa menyandang penghargaan ini, mengalahkan kandidat dari seluruh Indonesia. Ini benar-benar kado terindah untuk saya,” tutur perempuan kelahiran Ambon, 6 Juni 1944 ini Diungkapkan Prapti, dirinya aktif menjadi kader PKK sejak 35 tahun lalu. Perjuangan yang dilaluinya pun tidak mudah karena ia harus memulai dari bawah. “Dari PKK tingkat RT sampai kini di tingkat kota, saya berusaha mencurahkan apa yang saya punya. Rasa pengabdian ini terinspirasi dari ayah saya yang mantan pejuang kemerdekaan,” ujar anggota Pokja I PKK Kota itu. Menurut perempuan yang pernah meraih penghargaan karyawan Pemkot terbaik tahun 1998 ini, setiap orang wajib berjuang mengisi kemerdekaan di bidangnya masing-masing. “Tak harus memanggul senjata, perjuangan bisa diwujudkan dengan berbagai cara. Yang penting tetap semeleh, dinikmati dan tidak ngoyo,” urai perempuan bercucu empat ini. Ibu dari Dian Kurniadi dan Dyah Ari Wulandari ini pun tak lelah menggali ilmu walaupun usianya tak lagi muda. Sejak kecil, imbuhnya, ia gemar sekali membaca. “Sampai sekarang pun masih seperti itu. Semua jenis buku saya lahap untuk pengetahuan,” kata Prapti seraya bertutur pernah tergabung dengan organisasi Pemuda Marhaenis gemblengan Bung Karno. Di samping predikat Kader Terbaik PKK se-Indonesia, istri dari Soekantara ini pun memiliki prestasi yang bisa dibilang sensasional. Mantan pegawai BKKBN ini menjadi ketua RW perempuan pertama dan terlama di Kota Solo. “Saya menjadi ketua RW selama tujuh periode, tepatnya tahun 1986 hingga Maret 2011 kemarin. Sebenarnya masih dicalonkan, tapi saya pikir sudah cukup. Gilirannya anak muda berkarya,” ucapnya sambil […]
Sebanyak 120 mahasiswa Fakultas Hukum Uninus (Universitas Islam Nusantara) Bandung, melakukan penyuluhan hukum di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Penyuluhan dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini akan berlangsung selama 4 hari mulai 18 s.d. 22 Juli 2011 di Desa Mandalamekar, Desa Cikadut, Desa Mekarsaluyu dan Desa Cimenyan. “Penyuluhan hukum ini saya harapkan bisa memberikan wawasan kepada masyarakat tentang persoalan hukum, paling tidak mereka akan mengerti mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara didepan hokum,” ungkap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH, S.Ip ketika menerima rombongan mahasiswa UNINUS di seputar objek wisata Caringin Tilu Kecamatan Cimenyan, Senin (18 Juli 2011). Dadang M. Naser mengakui, persoalan yang dihadapi masyarakat dan Pemerintah Daerah, khusunya di wilayah Kecamatan Cimenyan dewasa ini menyangkut lingkungan hidup dan pertanahan. Hal ini menurutnya sebagai dampak masuknya Kecamatan Cimenyan dalam KBU (Kawasan Bandung Utara) yang diatur dalam Perda No. 1/2008. “Karena panorama Cimenyan ini sangat indah, sekarang banyak tempat-tempat peristirahatan dibangun diseputar Cimenyan,” ucapnya pula. Dibangunnya tempat peristirahatan, menurut Dadang M. Naser berdampak terhadap persoalan lingkungan hidup di daerah sekitar Kecamatan Cimenyan. “Agar tidak menjadi persoalan hukum di kemudian hari, kita akan kendalikan secara ketat pembangunan fisik di daerah Cimenyan,” tegasnya pula. Banyaknya wisatawan yang datang ke Cimenyan khususnya pada hari libur diakui pula Camat Cimenyan Dede Sutardi, SH. “Khususnya di lokasi Caringin Tilu, para pengunjung bisa dengan leluasa memandang Kota Bandung dari puncak bukit. Apalagi bila dilihat pada malam hari, pemandangannya sangat indah,” kata Dede Sutardi. Untuk menghijaukan kembali bukit-bukit di Cimenyan, Dede Sutardi mengajak kepada seluruh masyarakat untuk menanam berbagai jenis pohon di lingkungan perumahannya masing-masing. “Agar ada nilai ekonomisnya, saya imbau masyarakat untuk menanam pohon durian, karena iklimnya sangat mendukung,” ucap Dede Sutardi. Penyuluhan hukum mahasiswa Uninus di Cimenyan, menurut Ketua Panitia KKL Heri T. Noor meliputi persoalan trafficking, otonomi daerah, hukum pertanahan, KDRT (Kekerasan […]
Bupati Bandung di Soreang Kabupaten Bandung, Dadang Nasser, meresmikan sepuluh desa wisata. Sepuluh desa wisata yang didiresmikan Bupati Bandung adalah sebagai berikut:
Desa Kutawaringin Kecamatan Kutawaringin mewakili Kabupaten Bandung dalam penilaian Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) tingkat Jawa Barat Tahun 2010. Bupati Bandung H. Obar Sobarna saat menerima tim evaluasi P2WKSS Jabar mengatakan, pemberdayaan perempuan yang telah dilakukan selama ini telah mampu memberikan kualitas hidup meskipun belum optimal.
Dinas Pemuda, Olah Raga, dan Pariwisata (Dispopar) Kab. Bandung berencana mengembangkan wisata perdesaan di Kec. Rancabali, Ciwidey, Pangalengan, dan Pasirjambu. Desa-desa di daerah tersebut memiliki potensi di sektor pertanian, industri kerajinan, kesenian, budaya, dan potensi lainnya. Ketika wisata mulai berkembang, sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga akan ikut berkembang, kata Kepala Dispopar Kab. Bandung, Diar Irwana, Jumat (19/3). Desa-desa wisata yang akan dikembangkan adalah Desa Alamendah dan Desa Patengan (Rancabali), Desa Sugihmukti dan Desa Cukanggenteng (Pasirjambu), Desa Panundaan dan Desa Lebakmuncang (Ciwidey), dan Desa Lamajang (Pangalengan). Desa-desa itu memililki potensi alam, budaya, kerajinan khas, agrowisata, dan peternakan.