Kemana perginya mainanku … Mobil-mobilan dari kulit jeruk … Kuda-kudaan dari pelepah pisang .. Entah kemana perginya …. Kegelisahan Iwan Fals dalam tembang berjudul Lagu Enam di atas adalah kerisauan banyak orang. Kegalauan yang muncul lantaran potret masa kecil mereka tidak lagi mudah dijumpai pada masa sekarang. Kini sulit menemukan permainan atau tempat bermain anak-anak. Terlebih di kota-kota besar, sebab taman kota atau tanah lapang telah berubah fungsi atas nama pembangunan. Anak-anak saat ini telah terbiasa asyik sendiri. Kebersamaan yang lahir begitu semu, sebab keriangan dan segala jenis keceriaan khas para bocah telah tersekat layar-layar monitor dalam permainan online. Jangan bermimpi melihat mereka larut dalam permainan tradisional. Jangan takjub pula menyaksikan mereka kuat berjam-jam duduk di warung internet atau kedai playstation yang menjamur di berbagi pusat pertokoan dan perumahan. Bagi Komunitas Sahabat Kota, ketekunan anak dalam dunia online amat beresiko kejiwaan. Tak sedikit yang depresi lantaran tak adanya tempat bermain yang aman dan nyaman.  *** Bersambung ke bagian 2 .
Ketegori: Komunitas
Komunitas Hong Desa Ciburial turut serta dalam acara Festival Olahraga dan Pemainan Tradisonal yang berlangsung hari ini (28 Oktober 2012). Pembukaan festival ini berlangsung di Lapangan Upakarti, Soreang, Kabupaten Bandung. Ribuan orang memadati pembukaan Festival Olahraga dan Permainan Tradisional yang hanya satu hari ini yang akan berisi perlombaan permainan (olahraga) tradisional. Kurnia Dadang Naser, selaku Ketua Forum Olahraga dan Rekreasi Masyarakat Indonesia (Formi) Kabupaten Bandung, mengatakan, festival ini akan menyajikan 10 perlombaan. “Di antaranya ada babalonan sarung, engrang, bedil jepret, dan papancakan. Ini baru pertama kali, nantinya akan diagendakan satu tahun sekali,” kata Kurnia di sela acara. Pada Festival Olahraga dan Permainan Tradisional kali ini ditampilkan sebanyak 30 kontingen utusan kecamatan se Kabupaten Bandung. Dalam Festival Olahraga dan Permainan Tradisional ini ditampilkan wahana baru tentang mainan dan permainan tradisional yang dikemas secara apik dan menyenangkan. [TJ]
Di Komunitas Hong, empat kali dalam sepekan, sekitar 50 orang para pegiatnya yang rata-rata masih berusia sekolah, berkumpul untuk bermain di sebuah tempat bernama Pakarangan Ulin. Pakarangan Ulin berlokasi di Desa Ciburial, Kec. Cimenyan, Kab. Bandung. Komunitas Hong, sebuah komunitas bermain yang mencoba melestarikan permainan tradisional Indonesia, khususnya kaulinan (permainan) yang dikenal di Tatar Sunda. “Sekarang jumlah yang sudah kami kumpulkan sudah ada 890 jenis,” kata pendiri Komunitas Hong, M. Zaini Alif. Komunitas Hong berdiri pada 2003 lalu karena kesenangan Zaini, akan permainan tradisional. Lelaki kelahiran Subang 37 tahun lalu ini kerap rindu akan masa kecilnya. Ia rindu masa ketika ia dan kawan-kawannya yang tinggal jauh dari kota terpaksa membuat mainan sendiri dari bahan-bahan sederhana yang ada si sekitar. Sebab tak ada toko mainan di dekat rumahnya. Kalau pun ada, belum tentu mereka sanggup untuk membelinya. Kata “Hong”, diambil Zaini dari teriakan anak-anak saat bermain petak umpet. Itu sengaja dipilihnya agar semakin mengakrabkan anak dengan istilah yang ada di dalam setiap permainan. “Hong! Itu teriakan yang biasa dilontarkan sang kucing saat menemukan sang tikus yang sedang bersembunyi dalam permainan petak umpet ala Sunda,” katanya. Kerkeran. Itu adalah sebuah mainan yang pertama kali dibuat Zaini dan meninggalkan kesan yang amat mendalam. Kerkeran adalah mainan sejenis kipas angin sederhana yang terbuat dari dari biji pohon karet dan kluwak yang dipakai sebagai penyangga baling-baling yang terbuat dari bambu. Untuk memainkannya tinggal menarik tali dari tanaman rambat yang sudah tergulung pada peyangga baling-baling. “Ker, ker, ker,” begitu suara yang keluar dari mainan itu. Di Komunitas Hong, bermain bukan hanya menjadi lihai dan tangkas. Tapi, juga mengenal dan menyelami arti dan makna dari setiap jenis permainannya. Permainan anak-anak tradisional, kata Jae, bisa membantu membentuk watak anak. Terutama yang terkait dengan daya kreatif, inovatif, jiwa sosial, kehidupan berbudaya, berbudi, dan beriman. “Berbeda dengan permainan anak yang […]
Dalam rangka memperingati Hari Penglihatan Sedunia Tahun 2012 Panitia Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) 2012 Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung akan mengadakan kegiatan Sepeda Sehat untuk Mata Sehat. Kegiatan Sepeda Sehat untuk Mata Sehat akan mengajak masyarakat untuk bersama-sama bersepeda sambil melaksanakan kampanye sadar sehat mata. Kegiatan Sepeda Sehat untuk Mata Sehat akan dilaksanakan pada hari Minggu (14 Oktober 2012). Adapun rute sepeda sehat, yaitu start dari RS Mata Cicendo (Jl. Cicendo No. 4 Bandung) dan Finish di Balai Desa Ciburial (Jl. Ciburial No. 98 Bandung). Balai Desa Ciburial sendiri berada pada ketinggian sekira 1.000 Meter dari Permukaan Laut. Kegiatan Sepeda Sehat untuk Mata Sehat 2012 ini bertujuan antara lain: (1) Dalam rangka memperingati Hari Penglihatan Sedunia yang jatuh pada tanggal 11 Oktober 2012; dan (2) Dalam rangka memperkenalkan kepada masyarakat tentang gaya hidup sehat dan dalam rangka kampanye kesehatan mata. Selain diisi dengan kegiatan sepeda sehat dari berbagai komunitas bersepeda Bandung dan sekitarnya, kegiatan Sepeda Sehat untuk Mata Sehat juga diisi dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan atau konsultasi kesehatan mata gratis bagi masyarakat.
Hj.Kurnia Dadang M.Naser selaku Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Kabupaten Bandung terlihat begitu antusias mengikuti berbagai jenis kaulinan urang lembur atau permainan tradisional rakyat. Itulah suasana yang terlihat di area Pakarakangan Ulin Komunitas Hong, suatu wadah Kaulinan Barudak Lembur yang berlokasi di Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jum’at (28 September 2012). Kurnia tampak asyik mengikuti berbagai permainan tradisional, mulai dari sorodot gaplok, papancakan, kemudian gangsing, sarung balong, sasalimpetan, serta bedil jepret. Tidak hanya itu, Kurnia pun sempat menikmati kebersamaan dengan anak-anak Komunitas Hong saat melakukan kaulinan barudak oray-orayan. “Di rumah pun saya dan anak-anak sering melakukan permainan ini atau bermain paciwit-ciwit lutung. Permainan tradisional ini sengaja saya lakukan bersama anak-anak, agar mereka bisa mengenal dan mengingat terus hingga dewasa nanti,” papar Kurnia. Dalam pandangan Kurnia, kaulinan barudak ini, kaya akan unsur kerjasama, imajinasi, dan pertemanan yang berpotensi bisa membentuk kepedulian dan kepekaan sosial, serta kecerdasan bagi sang anak menjelang usia dewasa. “Permainan tradisional ini bisa menjadi potensi bagi pengembangan wisata budaya khususnya di Kabupaten Bandung dan wajib didukung oleh FORMI serta pemerintah daerah,” tegasnya. Untuk itu, Kurnia memberikan apresiasi yang cukup tinggi pada sosok enterpreneur muda Muhamad Zaini Alif. Lulusan sarjana seni ITB ini, dianggap Kurnia telah berhasil membentuk suatu wadah kaulinan barudak hingga bisa membantu memberdayakan masyarakat sekitarnya terutama anak-anak. “Kami anggap Zaini adalah sosok motivator dan social enterpreneur muda yang patut ditiru, dan saya berharap Komunitas Hong ini bisa menjadi wadah kaulinan barudak yang mendunia,” harapnya pula. Komunitas Hong menurut Zaini Alif didirikan pada tahun 2005 yang dibangun atas prakarsa dan kesadaran masyarakat sendiri agar bisa membangun dirinya, kampungnya serta prospektif masa depannya. Nama Hong diambil dari suatu permainan ucing sumput, yang berarti ‘Kapanggih’, dan jika digambarkan dari nuansa keagamaan Hong ini merupakan ‘Kapanggih’ atau bertemu dengan Alloh SWT. “Bahwa setiap manusia pada hakikatnya akan […]
Pendiri Komunitas Hong, Zaini (kedua kanan) mendampingi Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf (kanan) saat menyaksikan permainan tradisional yang ditampilkan sejumlah anak dari Komunitas Hong di Pakarangan Ulin Komunitas Hong di Jalan Bukit Pakar Utara, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jumat (18 Mei 2012). Permainan tradisional sebagai kebudayaan daerah perlu terus untuk dilestarikan disaat permainan modern semakin gencar masuk ke Indonesia. [Usep Usman Nasrulloh/PRLM]
Dalam rangka memperingati Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK yang ke-40 dan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Bandung ke-371 serta dalam upaya meningkatkan kapasitas dan memupuk semangat kerjasama Kader PKK dalam menunjang kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya pemberdayaan kesejahteraan keluarga, TP. PKK Desa Ciburial melaksanakan kegiatan Lomba Kader PKK Tingkat Desa Ciburial. Kegiatan tersebut berlangsung selama 1 hari, yaitu pada hari Kamis tanggal 19 April 2012, bertempat di Balai Desa Ciburial. Selain dalam rangka memperingati HKG dan HUT Kabupaten Bandung, kegiatan Lomba Kader PKK tingkat Desa Ciburial juga diselenggarakan dalam Rangka Hari Kartini tahun 2012. Adapun maksud dari selenggrakannya Lomba Kader PKK Tingkat Desa Ciburial ini adalah untuk meningkatkan motivasi kader PKK serta memupuk jalinan kerjasama antar Kader PKK Desa Ciburial dalam menunjang pelaksanaan kegiatan 10 Program Pokok PKK. Sedangkan tujuann yang ingin dicapai/dihasilkan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dan peran aktif Kader PKK Desa Ciburial dalam menunjang pelaksanaan kegiatan 10 Program Pokok PKK di Desa Ciburial. Sasaran yang ingin dicapai/dihasilkan dari kegiatan Lomba Kader PKK Tingkat Desa Ciburial adalah: 1. Meningkatnya kapasitas Kader PKK Desa Ciburial; 2. Meningkatnya semangat kerjasama antar Kader PKK Desa Ciburial; 3. Meningkatnya kemitraan antara Kader PKK dengan masyarakat dan pemerintah dalam pelaksanaan 10 Program Pokok PKK; 4. Meningkatnya rasa memiliki dan rasa tanggung jawab Kader PKK terhadap hasil-hasil pembangunan melalui pelaksanaan kegiatan 10 Program Pokok PKK. Kegiatan Lomba Kader PKK Tingkat Desa Ciburial Tahun 2012 ini terdiri dari 3 kegiatan lomba, yaitu (1) LOmba Paduan Suara; (2) Lomba Peragaan Busana Tempo Doeloe; dan (3) Lomba Cerdas Cermat. Selain lomba-lomba tersebut, digelar juga bazar produk-produk kreasi kader PKK Desa Ciburial. Berikut ini Hasil kegiatan Lomba Kader PKK Tingkat Desa Ciburial. Lomba Paduan Suara (Juara I = Tim Padus dari RW 03, Juara II = Tim Padus dari RW 04, Juara III = Tim Padus dari […]
Forum RW Desa Ciburial adalah organisasi/lembaga kemasyaratan di Desa Ciburial yang merupakan wadah sarana silaturahmi dan komunikasi dalam upaya mengatasi berbagai permasalah serta mewujudkan harapan-harapan warga Desa Ciburial. Nama lembaga kemasyarakatan ini adalah Forum Komunikasi dan Silaturahmi Rukun Warga Desa Ciburial yang selanjutnya disebut Forum RW Desa Ciburial. Forum RW Desa Ciburial memiliki Visi sebagai berikut: Terwujudnya pemberdayaan, peninngkatan citra diri, dan eksistensi penyelenggara RW/RT yang sejahtera, dinamis harmonis untuk berperan serta dalam program pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Adapun dalam upaya mewujudkan visi tersebut, Forum RW Desa Ciburial akan menjalankan 5 misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas kemampuan, keterampilan dan wawasan penyelenggara lembaga RW/RT dalam upaya meningkatkan mutu lingkungan pedesaan; 2. Memantapkan peranan penyelenggara RW/RT sebagai pembina kemasyarakatan yang terdepan dan terdekat, yang memiliki pengaruh nyata terhadap pencapaian program pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. 3. Mengembangkan dinamika kehidupan masyarakat pedesaan yang harmonis, santun dan partisipatif yang memiliki rasa kebanggaan terhadap keberadaan desanya; 4. Memperjuangkan peningkatan kesejahtraan bagi penyelenggara lembaga RW/RT sehingga dapat mendorong motivasi bagi pengembangan diri sebagai kader pelopor di daerahnya. 5. Memelihara kemitraan secara sinergi dengan semua unsur pemerintahan dan kemasyarakatan, dalam rangka membina tata kehidupan pedesaan yang sehat dan dinamis. Selain visi serta misi di atas, Forum RW Desa Ciburial, juga memiliki moto (semboyan) organisasi sebagai berikut: Meningkatkan Kerjasama, Mengutamakan Kebersamaan, Menjalin Komunikasi, dan Mempererat Silaturahmi
Dari 26 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat, 23 diantaranya telah menciptakan motif batik khas daerahnya masing-masing. Namun ada 3 kabupaten dan kota yang hingga saat ini belum punya batik khas sendiri, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Dituturkan Ketua Yayasan Batik Jawa Barat Shendy Yusuf, ketiga kabupaten dan kota tersebut sebetulnya telah memiliki motif khas, namun mereka memproduksinya dengan printing sehingga dinilai bukan batik. “Yang disebut batik itu adalah teknik pewarnaan dimana pelintang warnanya adalah lilin atau malam. Dari 26 kabupaten dan kota di Jabar sudah 23 yang sudah mempunyai batik khasnya. Tiga sisanya sebenarnya sudah ada motif khasnya, tapi produksinya printing jadi tidak bisa disebut batik,” ujar Shendy dalam acara Kampanye Cinta Batik di area CFD Dago, Minggu (2/10/2011). Shendy mengungkap, pada tahun 2008 lalu, baru ada 10 kabupaten dan kota yang sudah memiliki batik khasnya. Namun kini hanya tinggal 3 lagi yang belum memproduksinya. Shendy menuturkan, perkembangan batik di Jabar sangat berkembang pesat. “Sekarang pengrajin batik di Jabar ada sekitar 6.000 serta ada ratusan pengusaha yang terus melakukan regenerasi untuk tetap mempertahankan batik,” katanya.*** Sumber : Detik Bandung