Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masyarkat desa sebagai berikut : a. Afektifitas, ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih. b. Orientasi kolektif, sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan. c. Partikularisme, pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme) d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi). e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
Tagar: masyarakat desa
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 diketahui bahwa penduduk miskin paling banyak berada pada daerah pedesaan. Penduduk kota memiliki jumlah penduduk miskin 11,10 juta jiwa sedangkan desa 19,93 juta jiwa. Masih menurut laporan BPS persentase penduduk miskin kota sebanyak 9,87 % sedangkan desa 16,56 %. Indeks kedalaman kemiskinan kota 1,57 dan Desa 2,8. Selanjutnya Indeks keparahan kemiskinan kota 0,4 sedangkan desa 0,75 Menurut BPS Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita bulanan di bawah garis kemiskinan. Komponen garis kemiskinan terdiri dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan bukan makanan. Terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Menurut laporan BPS, Tingkat kemiskinan di daerah pedesaan lebih parah dibandingkan masyarakat perkotaan. Karena saat ini penduduk Indonesia lebih banyak terkonsentrasi pada daerah pedesaan maka perlu dilakukan beberapa langkah perbaikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di pedesaan. Mewujudkan Masyarakat Cerdas Secara nasional tingkat pendidikan masyarakat Indonesia masih rendah. Dapat dilihat dari data BPS tahun 2009. Angka partisipasi sekolah SD adalah 97,95, SMTP 85,43, SMTA 55,05 dan pendidikan tinggi 12,66. Padahal tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat kemiskinan suata daerah. Salah satu langkah untuk mengeluarkan masyarakat desa dari tingkat kemiskinan adalah dengan memperbaiki mutu pendidikan masyarakat. Semakin banyak masyarakat desa yang memiliki pengetahuan maka akan semakin jauh masyarakat dari tingkat kemiskinan. Maka dari itu perlu dilakukan perbaikan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan penduduk. Minimnya media menyebabkan motivasi masyarakat desa untuk melanjutkan pendidikan rendah. Maka dari itu perlu dilakukan perubahan pola berpikir masyarakat bahwa pendidikan itu penting. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan pembukaan taman bacaan di setiap desa. Dapat dilihat contohnya pada Taman Bacaan Kota Siantar, Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Sumut. Taman bacaan kini […]