Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) melibatkan masyarakat di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi dalam kegiatan simulasi penanggulangan banjir. “Masyarakat tidak boleh hanya menjadi korban dari dampak banjir, namun harus ikut berperan dalam mengendalikan banjir,” kata Ketua RAPI Bekasi, Muhammad Djafar, di Cikarang, Senin (23/11).
Menurut Djafar, program yang dijalankan itu di antaranya membentuk delapan tim Sentral Komunikasi Terpadu (Senkomter) yang beranggotakan masing-masing tujuh warga setempat. Tim tersebut disebar di sembilan desa di Kecamatan Babelan. Tugasnya, menjadi pusat penyampaian informasi kepada warga sekitar saat terjadi ancaman banjir.
“RAPI Bekasi memiliki sebanyak 1.000 anggota yang tersebar di Kota dan Kabupaten Bekasi. Mereka diberi tugas untuk memantau debit air sepanjang aliran Sungai Cikeas dan Cilengsi Bogor. Sehingga, bila terjadi kenaikan debit air, mereka dapat mengkomunikasikannya kepada Senkomter Babelan,” ujarnya.
Delapan tim tersebut membidangi kesehatan, reaksi cepat, evakuasi, dan logistik. Dalam tim itu juga dilibatkan sejumlah organisasi masyarakat binaan Polri, TNI, dan pemerinta daerah.
Menurut Djafar, alasan pihaknya menggelar kegiatan simulasi di Kecamatan Babelan disebabkan wilayah setempat merupakan bagian hilir dari aliran Sungai Cikeas dan Cilengsi yang rawan musibah banjir. “Selain itu, bantaran sungai itu sebenarnya ruang untuk air, namun masyarakat kemudian menempati ruang tersebut. Dengan demikian konsekuensinya mereka harus membiasakan diri untuk mengalami banjir di saat musim hujan,” katanya.
Terkait dengan pengendalian banjir di wilayah setempat, kata dia, terdapat tiga solusi yang dapat dilakukan masyarakat yakni, mengendalikan air yang masuk, memindahkan air dari lokasi tersebut dengan membangun kanal-kanal, atau memindahkan masyarakat dari kawasan bantaran sungai.
Sumber: Pikiran Rakyat, Selasa 24 November 2009