Desa Guntur Sebagai Pilot Project Desa Inovasi

Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1981 menetapkan Desa Guntur Mekar, Kabupaten Sumedang sebagai pilot project desa inovasi. Pemilihan ini didasarkan hasil pengamatan dan seleksi tim alumni ITB ’81. Desa tersebut sejak empat tahun lalu sudah melakukan penggemukan sapi, membuat biogas serta aneka kerajinan tangan.

“Sejak empat tahun lalu, ada alumni ITB ’81 yang melakukan penelitian dan pengembangan penggemukan sapi dan pembuatan biogas dari kotoran sapi,” ungkap Ketua Alumni ITB ’81, Hiramsyah S. Thalib kepada wartawan di sela-sela puncak reuni 30th ITB ’81 di Aula Barat, Jln. Ganesha 10 Bandung, Sabtu (8/10).

Menurutnya, pemilihan desa inovasi ini merupakan bakti dari alumni ITB ’81 dalam membangun bangsa. Dikatakan, desa merupakan basis penting bagi ketersediaan pangan, energi maupun sosial. Namun keberadaan desa ini masih dianggap kurang penting, sehingga banyak warganya yang memilih tinggal di perkotaan.

“Kami menganggap desa merupakan sesuatu hal yang penting. Karena dari sanalah inovasi-inovasi berbasis energi, pangan maupun sosial bisa dibangun. Karena itu, kami dalam reuni 30 tahun ITB ’81, memilih desa inovasi untuk mengembangkan basis penting tersebut,” paparnya.

Dikatakan Hiramsyah yang juga Direct & CEO PT Bakrieland Development Tbk., banyak almuni ITB ’81 yang berhasil di berbagai bidang merasa terpanggil untuk membangun bangsa dengan hasil inovasi para alumni.

Ke depan, desa inovasi akan semakin dikembangkan, tidak hanya di wilayah Sumedang tetapi ke seluruh wilayah Jabar bahkan Indonesia. “Desa Guntur Mekar adalah pilot project dari program desa inovasi yang dikembangkan alumni ITB ’81. Tentunya, ke depan akan diikuti desa-desa lainnya,” tambahnya.

Ketua Reuni 30th ITB ’81, Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, M.Sc., Ph.D. menyebutkan, selain memilih dan meluncurkan desa inovasi, dalam puncak acara reuni ini pun diserahkan beasiswa bagi mahasiswa ITB yang berprestasi namun masih membutuhkan biaya, sebesar Rp 150 juta.

Selain itu, alumni ITB ’81 pun membeli 20 titik tiang lampu penerangan di lingkungan kamus ITB. “Ke-20 titik tiang lampu itu kami ganti energinya menggunakan solar panel, sehingga bisa mengurangi beban bayar listrik di kampus. Tidak hanya itu, sebanyak 17 lampu halogen di lingkungan kampus pun diganti dengan lampu hemat energi,” paparnya. [kli]

 

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

4 pemikiran di “Desa Guntur Sebagai Pilot Project Desa Inovasi”