Membangun Desa Wisata Tidak Bisa Instan

Foto Sumber: MediaIndonesia.com

Membangun desa wisata jangan hanya ikut-ikutan, karena perlu ada pemahaman dan tidak bisa dibangun secara instan, kata Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta Widi Utaminingsih.

“Membangun desa wisata perlu proses panjang, dan untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke desa ini tidak bisa dilakukan secara instan,” katanya di Yogyakarta, Minggu (15/11).

Untuk itu, menurut dia, perlu ada pemahaman mengenai desa wisata. “Begitu pula para pengelolanya, harus mengerti dan paham cara menjual produk wisata berbasis desa, sehingga tidak sekadar latah atau ikut-ikutan menawarkan desanya kepada wisatawan,” katanya.

Ia mengatakan membangun desa wisata agar menarik bagi pengunjung harus dilandasi pemahaman bahwa mengajak wisatawan mengunjungi desa itu untuk menemukan dan menikmati atmosfer pedesaan, serta memberikan pengalaman dan kenangan yang menyenangkan bagi mereka.

“Oleh karena itu, jangan sampai terjadi kesalahan dalam menawarkan atau menjual desa wisata. Perlu dikaji lebih dulu apakah desa itu dapat menyajikan keaslian dan karakteristik yang menawan bagi wisatawan,” katanya.

Menurut dia, pemahaman mengenai pariwisata dapat mendatangkan kesejahteraan masyarakat desa harus diimbangi dengan upaya lain, sehingga tidak terjadi kesalahan mendasar dalam menjual desa untuk objek wisata.

Keinginan masyarakat mengidentifikasi dan mengkaji potensi serta daya tarik desa perlu mendapat panduan agar mereka tidak salah dalam pengelolaannya.

“Komitmen membangun desa wisata memang lebih mudah dari pada pengelolaannya,” kata Widi yang yayasannya bergerak di bidang studi pengembangan budaya dan pariwisata berbasis potensi lokal.

Ia mengatakan membangun desa wisata tidak semudah yang dibayangkan, karena hambatan pasti ada, misalnya warga desa sudah banyak yang ke kota, dan sebagainya.

Menurut dia, dalam kaitannya dengan membangun desa wisata, untuk pengelolaannya perlu memberdayakan seni dan budaya tradisional yang dimiliki desa itu.

“Sebab, jika digarap dengan baik, diharapkan dapat menjadi atraksi wisata yang menarik disajikan kepada wisatawan,” katanya.

Widi mengatakan apabila dalam mengembangkan desa wisata tanpa sajian atraksi seni dan budaya tradisional, maka wisatawan yang berkunjung ke desa itu akan merasa ada yang kurang lengkap, padahal mereka sudah membayar mahal untuk menginap di desa setempat. [es/MI]

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

2 pemikiran di “Membangun Desa Wisata Tidak Bisa Instan”